Jumat, 13 Juni 2014

FARMING EDUCATION: Budidaya Bawang Merah pada Lahan Pasir Pantai di Samas


Lahan pasir pantai merupakan lahan marjinal yang dikenal sulit dimanfaatkan untuk pertanian. Namun, meningkatnya harga sewa lahan pertanian membuat Pak Subandi dan teman-temannya beralih ke lahan pasir pantai sebagai alternatif. Dengan bantuan Dinas Pertanian Bantul, akhirnya lahan pasir pantai tersebut bisa digunakan sebagai lahan pertanian dengan mencampur pasir, tanah liat, dan pupuk kandang. Keadaan yang kering dan gersang di daerah tersebut mengharuskan penggunaan sistem irigasi yang agak berbeda dari yang lainnya. Lahan tersebut menggunakan dua sistem irigasi, yaitu sumur renteng dan sumur bor. Sumur renteng terdapat pada tiap kotak lahan yang dapat dibuka dan ditutup sesuai kebutuhan. 

 Departemen Penguatan Eksternal (Panter) IMAGRO mengadakan acara “Farming Education” dalam rangka belajar budidaya tanaman pertanian langsung dari kelompok tani atau petani yang ada di sekitar DIY. Tahun ini, Panter bersama mahasiswa jurusan Budidaya Pertanian belajar membudidayakan bawang merah di lahan pasir pantai Samas milik Pak Subandi pada hari Selasa (10/6/2014). Acara dimulai pukul 15.00 WIB dengan pembukaan dan pengantar atau perkenalan tentang lahan pasir, seletalah itu dilanjutkan dengan praktek langsung untuk mengolah lahan pasir pantai tersebut dan cara menanam bawang merah yang benar di lahan pasir pantai. Acara berakhir pukul 17.40 dengan penyerahan kenang-kenangan “Mungil Culture” kepada Pak Subandi. 

Sistem penanaman menggunakan sistem bedengan. Pak Subandi menyediakan dua bedengan sebagai contoh untuk pengolahan. Ukuran bedengan 1 meter x 6 meter dengan tinggi 30 cm. Pertama diawali dengan olah tanah menggunakan cangkul kemudian tanah diratakan menggunakan alat serok. Setelah rata, permukaan tanah ditaburi oleh pupuk organik sebanyak 5 kg per bedeng dan tanah siap ditanami bawang. Jarak tanam benih 20-25 cm dengan cara dilubangi terlebih dahulu menggunakan jari, lalu benih bawang merah dimasukkan ke dalam lubang dengan posisi akar di bawah. Tanpa menutup lubangnya, bedengan yang sudah ditanami bawang merah langsung disiram atau dilembabkan. Sistem pengairannya pun ada dua, yaitu dengan penyiraman langsung, dan menggunakan sistem aliran diantara tiap-tiap bedengan. Biasanya, petani juga menanam timun atau tanaman-tanaman lain secara bersamaan di sela-sela tanaman bawang merah tersebut (tumpang sari).

Pembuatan pupuk organik yang digunakan cukup mudah. Pertama, pembuatan mikroba yang terdiri dari lemen 1 ekor sapi, tetes tebu 5 liter, kapur 5 sdm, terasi 200 gr, ragi 200 gr dan kemudian disimpan di tong tertutup selama 20 hari. Setelah mikroba jadi, kotoran sapi, sekam, dan kapur (dengan perbandingan komposisi 60:20:20) dicampur dengan mikroba kemudian ditutup selama 15 hari. Nantinya, pupuk organik ini akan memicu gulma untuk tumbuh. Namun, gulma yang tumbuh tidak terlalu banyak sehingga tidak dilakukan perlakuan khusus untuk mengendalikan gulma tersebut.

Pak Subandi mengatakan bahwa bertani bawang merah di lahan pasir ini menguntungkan.  Modal yang dibutuhkan 65 juta rupiah per hektar dengan pendapatan 200 juta rupiah. Sehingga diperoleh laba 135 juta rupiah per hektar. Didukung dengan umur bawang merah yang singkat yaitu 50 hari. Terlebih pupuk, mikroba, benih dapat diproduksi sendiri. Kendala yang dihadapinya yaitu kabut laut yang mengandung kadar garam tinggi. Penanganan dilakukan saat kabut datang pada pagi-sore, tanaman langsung disiram air. Apabila kabut datang pada malam hari, tidak ada penanganan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar