Pemimpin Muda Belajar Merawat Pertanian Indonesia
Perjalanan ke
Tiongkok
Pada suatu
perjalanannya ke Tiongkok untuk ‘belanja ide’, demikian beliau menyebutnya,
Dahlan Iskan, menteri BUMN RI menyempatkan dirinya untuk mengunjungi Xiao Gang.
Xiao Gang merupakan sebuah desa terpencil di propinsi Anhui, di negara komunis
tersebut. Bukan untuk mencari hiburan, namun untuk mengenang betapa berjasanya
desa tersebut bagi perkembangan pertanian dan kesejahteraan petani Tiongkok. Sekilas,
terbersit pertanyaan bagaimana bisa sebuah desa yang hanya dihuni 20 KK bisa
merubah sistem pertanian Tiongkok hingga sanggup menyejahterakan setiap petani
di daratan Tiongkok?
Kisah itu berawal dari keterpurukan petani akibat sistem perekonomian komunis Tiongkok. Struktur ekonomi komunis mengharuskan petani bekerja untuk negara, semua tanah milik negara, hasil panen untuk negara. Hak mereka dihilangkan. Komunisme melenyapkan semangat petani untuk mengelola lahan-lahan pertanian dan menyebabkan kinerja mereka mengalami defisit. Bencana kelaparan, kemiskinan yang semakin parah semakin tak terelakan. Makan mereka seadanya, batang pohon yang dilembutkan, daun yang direbus, dan garam yang memberi rasa. Di musim dingin, mereka menafkahi keluarga dengan mengemis.
Menerima
kenyataan tersebut, kelompok tani di desa Xiao Gang, dipelopori Yan Hongchang, melakukan
usaha bawah tanah untuk melakukan suatu perubahan untuk Xiao Gang. ‘Rapat
gelap’ mereka adakan. Hasilnya, mereka membagi sawah-sawah desa Xiao Gang
menjadi 20 petak untuk dikelola masing-masing KK. Perjanjian da bao gan, begitu mereka menyebutnya. Mereka
hanya harus menyetorkan hasil panen ke negara sejumlah setoran mereka tahun lalu.
Kemudian ‘mencuri’ sisanya untuk kesejahteraan bersama. Sebuah rencana yang
dapat berujung pada hukuman mati. Janji tiap anggota kelompok tani untuk bertanggung
jawab pada keluarga orang yang dihukum mati, menjadi penguat kepercayaan mereka
untuk melakukan usaha tersebut.
Ketika pada
akhirnya, semua menyetujui untuk melaksanakan da bao gan, semangat yang hilang dari para petani kembali kepada
diri mereka. Keinginan untuk mencapai produksi sebanyak-banyaknya bangkit dan
berkembang. Hasilnya memuaskan. Masa-masa ketika desa-desa lain harus kelaparan
atau terserang wabah penyakit, mereka lalui dengan adem ayem. Namun, justru karena itu mereka ketahuan. Tekanan media
komunis membuat kondisi mereka rawan terhukum. Meski begitu, bukan hukuman mati
yang mereka peroleh, tapi prestasi. Pemimpin Tiongkok kala itu, Deng Xiaoping, yang
telah berhasil mengumpulkan kekuatan demi merubah sistem perekonomian Tiongkok,
mendengar kisah desa Xiao Gang dari para tokoh pemikir kemajuan Tiongkok. Deng Xiaoping
kemudian menyatakan da bao gan
sebagai kebijakan nasional.
Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardja Soemantri UGM
Dahlan Iskan, pada talkshow Pemimpin Muda Belajar Merawat Indonesia
Rencana Kebijakan BUMN untuk Kemajuan Pertanian Indonesia
Cerita
tersebut disampaikan Dahlan Iskan, pada kunjungannya ke Universitas Gadjah Mada
dalam acara talkshow ‘Pemimpin Muda
Belajar Membangun Indonesia’ pada Kamis, 29 Maret 2012 di gedung Pusat Kebudayaan
Koesnadi Hardjasoemantri. Terinspirasi oleh cerita tersebut, Dahlan Iskan
mencoba untuk melakukan sesuatu dengan kuasanya atas BUMN demi kemajuan
Indonesia, melalui pertanian. Maka, disampaikannya 3 prograam yang dicanangkan
kementrian BUMN demi memajukan pertanian Indonesia.
Yang pertama, program yang dinamakannya Bayar Panen. Program ini dimaksudkan agar para petani tidak lagi memiliki alasan untuk tidak menanam, terutama karena permasalahan dana. Melalui program ini, petani akan diberikan pinjaman berupa benih, pupuk, pestisida dan keperluan tani lainnya. Pembayaran untuk pinjaman tersebut dapat mereka lakukan pada masa panen.
Program yang
kedua adalah program Pro Beras. Program ini merupakan program yang diadopsi
dari da bao gan Tiongkok. Pro Beras
diperuntukkan bagi para petani sawah yang bersedia menyewakan sawahnya kepada
BUMN. BUMN bertanggung jawab memberikan keperluan berupa benih, pupuk, pestisida,
dan keperluan lain, termasuk membayar sewa lahan dan gaji kepada petani pemilik
sekaligus penggarap sawah. Petani diperbolehkan mengelola sawahnya dan mengusahakan
untuk memperoleh hasil yang sebanyak-banyaknya. Sebagai gantinya, petani
diharuskan menyetorkan panen ke Bulog sebesar 5,5 ton gabah kering panen (GKP)
per hektar. Sisanya merupakan hak mereka. Dengan program ini, diharapkan dalam
diri petani, tumbuh semangat baru untuk bekerja lebih keras demi
menghasilkan produksi yang
sebanyak-banyaknya pada lahan mereka.
Last, but not least, merupakan tanggapan
menteri BUMN tersebut, terhadap kenyataan bahwa pada tahun 2011, Indonesia
telah mengimpor sapi sebanyak 350 ribu ekor. BUMN meminta kepada
perusahaan-perusahaan kelapa sawit BUMN untuk memelihara sapi. Kelapa sawit
menyimpan potensi yang besar untuk membantu sektor peternakan. Pelepahnya yang
selalu dibuang dan tidak pernah digunakan, dapat dijadikan pakan ternak untuk
sapi. Lebih menguntungkan, dibandingkan membeli pakan ternak yang luar biasa
mahalnya. Tahun pertama direncanakan 100 ribu ekor sapi, tahun berikutnya
diharapkan dapat dinaikkan hingga 350 ribu ekor sapi atau lebih, untuk jangka
panjang, diharapkan agar dapat menutup kebutuhan sapi nasional dan mewujudkan
swasembada daging.
*Sapi*
Sawah dan perumahan bekas sawah
Alih Fungsi Lahan ke Non Pertanian
Jawaban Dahlan Iskan terhadap Sawah yang Semakin Berkurang
Pada suatu
sesi tanya jawab, seorang peserta talkshow
mengajukan pertanyaan kepada Dahlan Iskan mengenai masalah lahan yang
semakin berkurang. Menjawab pertanyaan tersebut, Dahlan Iskan memberikan dua
solusi. “Berubahnya sawah memang tidak dapat dihindarkan” ungkapnya. “Oleh karena
itu”, tambah mantan dirut PLN itu, “Ada dua program yang dapat dilakukan.”
Program yang
pertama, adalah dengan memaksimalkan produksi sawah yang sempit dengan
menggunakan teknologi pertanian dan tata usaha yang baik. Kepemilikan sawah
tiap keluarga semakin lama berkurang. Selain itu, petani cenderung mempersiapkan
anaknya untuk menjadi karyawan, pns atau apapun selain petani. Sehingga regenerasi
petani menjadi terhenti, kemudian menghilang karena petani-petani tua tidak
perlu menanam lagi untuk hidup, masih ada anak yang bisa menafkahi mereka. Pertanian
semakin ditinggalkan. Lahan dijual untuk mencari keuntungan. Keterbatasan lahan
perlu dimaksimalkan produksinya mengingat jumlahnya yang tak terlalu banyak
harus memenuhi fungsi primer, memberi makan.
Usaha untuk
mengembalikan luasan sawah, kemudian memunculkan solusi yang kedua. Solusi tersebut
adalah mencetak 100 ribu hektar sawah baru di Kalimantan Timur. Pemerintah Kalimantan
Timur bekerja sama dengan baik dan memberikan dukungan penuh terhadap program
ini. Lahan Kalimantan juga masih banyak tersedia untuk menciptakan sawah-sawah
baru. Direncanakan, sawah baru yang dibuat dapat mencapai 300 ribu hektar. Angka
tersebut dikatakan dapat mengganti berhektar sawah di Jawa yang menghilang
akibat alih fungsi lahan.
Kebijakan-kebijakan
dalam mendukung kemajuan, seharusnya diwujudkan dalam bentuk sebuah aksi
langsung. Bukan dengan seminar ataupun lokakarya. Seorang pemimpin, harus
seorang yang berani mengambil keputusan, berani mengambil resiko keputusannya, aktif,
visioner, berintegritas dan konsisten. Bukan seorang pasif ber-IP tinggi. Demikian
pesannya kepada peserta talkshow,
para calon pemimpin muda. Penerus bangsa. (Jadid)
foto : www.google.com
info tambahan : dahlaniskan.wordpress.com
foto : www.google.com
info tambahan : dahlaniskan.wordpress.com